Jum. Jul 5th, 2024

Toyota Akui Lakukan Sertifikasi Tak Sesuai Prosedur

Toyota Akui Lakukan Sertifikasi Tak Sesuai Prosedur

Toyota Akui Lakukan Sertifikasi Tak Sesuai Prosedur, Ini Penjelasannya

Toyota Akui Lakukan Sertifikasi Tak Sesuai Prosedur. Jepang mengaku jika proses sertifikasi kendaraan dilakukan pada tujuh mode tidak sesuai proses pemerintahan. Ini keterangan Toyota.

Kasus tes keselamatan pabrikasi Jepang semakin makin tambah meluas. Ini kali gantian Toyota yang di dapatkan lakukan sertifikasi test keselamatan tetapi tidak sesuai dengan secara di tetapkan pemerintahan Jepang. Rumor ini di dapatkan sesudah kementerian memberikan instruksi 85 produsen dan penyuplai suku cadang untuk menyelidik apa sertifikasi kendaraan didapatkan dengan betul sesudah ada kasus di perusahaan group Toyota baru saja ini.

“Kami menghasilkan mobil dan menjualnya tanpa meng ikuti proses sertifikasi yang betul. Kekeliruan ini mengguncangkan mekanisme sertifikasi dan itu semestinya tidak di lakukan oleh produsen mobil, apapun itu yang terjadi. Kami mohon maaf sebagai group Toyota,” begitu ungkapkan Chairman Toyota Akio Toyoda di lansir Kyodo News.

Toyota yakini jika sertifikasi adalah proses penting saat sebelum lakukan produksi umum dan jual mobil ke customer. Ini di laksanakan buat pastikan jika mobil memang aman di pakai. Pada dasarnya, ada tiga langkah untuk memperoleh sertifikasi.

Pertama, minta penguji dan service tehnis yang di tunjuk untuk melihat pengetesan. Seterusnya, produsen lakukan tes sertifikasi intern dan memberikan datanya. Ke-3 , memberikan data tes peningkatan yang cocok untuk serifikasi. Ini kali, kasus itu di dapatkan pada langkah yang ke-2 dan ke-3 .

“Antara itu, kami temukan enam kasus detil,” ungkapkan Chief Officer Konsumen First Promotion Grup Shinji Miyamoto.

Keterangan enam kasus penemuan di penyelewengan sertifikasi Toyota

Kasus pertama

Di dapatkan saat membuat desain kembali Crown dan Isis di tahun 2014 dan 2015, data pengontrol waktu airbag merekah dipakai untuk sertifikasi. Saat terjadi tubrukan, penumpang intinya akan di proteksi oleh seat belt dan airbag. Pada Isis, Toyota lakukan peningkatan seat belt untuk tingkatkan performnya. Di saat test kenaikan itu, sistem pengontrol waktu yang di pakai untuk membuat keadaan tubrukan lebih kronis di banding yang ada pada tes sertifikasi.

Di samping itu, peningkatan mode tambahan dilakukan untuk Crown. Tujuan dari tes peningkatan ini untuk pastikan performa pelindungan penumpang dari sabuk pengaman dan airbag. Sistem pengapian pengontrol waktu dipakai untuk pastikan penebaran airbag pada arketipe eksperimen. Pada ke-2 pengetesan itu, semestinya dilakukan kembali pada keadaan sedekat mungkin dengan yang akan di kirimkan ke customer dan datanya harus di berikan. Walau demikian, data tes peningkatan itu masih tetap dipakai untuk sertifikasi.

Baca juga: Rupiah Merosot ke Rp16.400/USD: Kembali Tertekan

Kasus ke-2

Di dapatkan di tahun 2015 saat peningkatan Corolla. Toyota lakukan test untuk ketahui imbas pada kepala orang berjalan kaki saat alami tubrukan. Untuk sertifikasi, Toyota lakukan pengetesan dengan keadaan lebih kronis. Dalam masalah ini pojok tumbukan 65 derajat. Pengetesan semestinya di lakukan dengan pojok tumbukan 50 derajat seperti di tentukan oleh ketentuan dan data itu semestinya di berikan untuk sertifikasi. Akan tetapi, data tes peningkatan ini masih tetap di pakai untuk sertifikasi.Pada kasus ke-3

Di dapatkan saat peningkatan Corolla, Sienta, dan Crown. Pengetesan di lakukan untuk ketahui imbas pada kepala dan kaki orang berjalan kaki saat tubrukan. Saat pengetesan, titik pengukur yang di pakai untuk sertifikasi tidak tepat. Semestinya, Toyota lakukan pengetesan kembali dengan titik pengukur sama sesuai ketentuan dan datanya di berikan.

Kasus ke-4

Saat pengetesan kebocoran bahan bakar dan imbas tubrukan sisi belakang sepanjang peningkatan Crown di tahun 2014 dan Sienta tahun 2015. Untuk proses sertifikasi, keadaan elemen pengetesan yang di pakai lebih berat dengan berat 1.800 kg. Walau sebenarnya standard pengetesan memakai berat 1.100 kg. Semestinya, Toyota lakukan test kembali dengan memakai pemisah dengan berat 1.100 kg dan data pengetesan kembali itu yang perlu di berikan.

Kasus ke-5

Saat peningkatan Yaris Cross tahun 2020. Sebuah test di laksanakan untuk ketahui imbas yang karena di bangku belakang ketika berada sebuah koper di taruh di bagasi dalam kendaraan bergerak saat terjadi tubrukan. Sesudah peraturan berbeda, ada syarat tambahan untuk block bagasi. Tetapi Toyota memakai block bagasi lama dan di sampaikan untuk mendapat sertifikasi. Semestinya ada pengetesan kembali dengan memakai block baru dan data di berikan ke pemerintahan.

Paling akhir, di dapatkan pada Lexus RX tahun 2015 saat pengetesan tenaga mesin. Dalam pengetesan ini, tenaga yang di target tidak terwujud. Saat permasalahan itu terjadi, pengetesan semestinya di hentikan untuk menyelidik pemicunya dan ambil perlakuan seterusnya. Tetapi yang terjadi, mekanisme kontrol mesin justru di samakan untuk mendapat tenaga yang di bidik dan data itu di pakai untuk sertifikasi.

“Kasus pertama sampai ke-5 mengikutsertakan data tes peningkatan yang di sampaikan untuk sertifikasi dan kasus ke enam mengikutsertakan produsen mobil yang lakukan tes sertifikasi sendiri dan memberikan data itu,” urai Shinji.

By admin

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *